Minggu, 12 Juni 2016

Ketua MPR ajak petani jaga lingkungan

Pewarta: 
Ketua MPR Zulkifli Hasan saat melakukan kunjungan kerja ke kelompok tani Desa Sirnajaya, Garut, Jawa Barat (ANTARA News/Try Reza Essra)


"Posisi tawar petani akan kuat kalau kompak dan menghadapi masalah bersama sama. Jangan lupa buat dalam bentuk koperasi atau badan hukum agar bisa menyerap subsidi pemerintah maupun menghadapi tengkulak," katanya.
Editor: Tasrief Tarmizi

COPYRIGHT © ANTARA 2016

Dompet Dhuafa Tanam ‎1.000 Bibit Mangrove untuk Cegah Abrasi

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Karta Raharja Ucu
Mangrove
REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Semesta Hijau Dompet Dhuafa melalui program "Ramadhan Menanam" melakukan penanaman 1.000 bibit mangrove di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang. Kegiatan ini merupakan salah satu tindak lanjut dari diskusi publik dalam rangka memperingati World Environment Daybertajuk Mewujudkan Kawasan Pesisir Untuk Kehidupan yang Lebih Baik.

Program "Ramadhan Menanam" ini diharapkan dapat mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan kawasan pesisir pantai. Hal ini mengingat kawasan pesisir merupakan wilayah yang paling rentan terkena abrasi akibat air laut.

Kondisi tersebut diperparah dengan adanya alih fungsi hutan mangrove yang menjadi lahan pemukiman, pelabuhan, lokasi wisata karena direklamasi dan sebagian menjadi tempat peternakan ikan. Apabila dibiarkan terus menerus lambat laun akan mengikis kawasan tersebut.
Perbaikan daerah atau hutan mangrove menjadi suatu keharusan agar ekologis hutan mangrove bisa kembali pulih. Hal ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat pesisir khususnya untuk perbaikan ekonomi dalam jangka panjang.

Kegiatan "Ramadhan Menanam" tahun ini diikuti kurang lebih 70 peserta yang terdiri dari warga masyarakat, Karang Taruna dan aparat Desa Ketapang serta relawan. Menurut Direktur DMC Dompet Dhuafa Syamsul Ardiansyah, terpilihnya lokasi di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, karena daerah pesisir di Desa Ketapang mengalami dampak abrasi yang cukup parah. Baik karena gelombang maupun karena eksploitasi besar-besaran pasir pantai untuk reklamasi pantai beberapa tahun lalu.
 "Harapan dengan penanaman 1.000 bibit mangrove dapat mengembalikan kehidupan warga pesisir di Desa Ketapang, serta berlanjutnya program pemberdayaan bagi warga pesisir," kata Syamsul dalam keterangan persnya, Ahad (12/6).
Sekretaris Desa Ketapang Wawan Surayu mengatakan wilayah pesisir Desa Ketapang dari tahun ke tahun mengalami pengikisan akibat abrasi. Hal ini diperparah dengan adanya tambang pasir di sekitar lokasi tersebut. Ini menjadi berkah dari masyarakat di Desa Ketapang.
"Semoga dari aksi ini dapat menjadi penyelamat kawasan pantai di Ketapang yang sejak tahun 1990-2004 rusak karena pengerukan pasir pantai. Sekitar 50-60 hektare lahan sekitar pantai hilang," ujar Wawan.

Sebelum masa tersebut, banyak yang mengatakan kawasan ini jauh lebih bagus daripada Anyer. Wawan berharap semoga secara bertahap dapat mengembalikan kawasan pantai di Ketapang seperti semula.

Jumat, 11 Desember 2015

Abrasi di Pantai Cirebon Mengkhawatirkan

KABAR CIREBON, (KC).-
Abrasi di pantai Cirebon sudah sampai tahap mengkhawatirkan. Dari total pantai Cirebon sepanjang 54 kilometer, abrasi ini mencapai 2 meter/tahun. Jika tidak ada upaya yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi pantai, maka dalam beberapa tahun ke depan akan banyak lahan warga yang terkena abrasi.
Untuk itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan menggandeng LSM yang bergerak di isu-isu lingkungan, Pang Laot Yudha Putra, untuk menanam pohon 327 ribu pohon mangrove di sepanjang pantai di empat desa di Kecamatan Gunung Jati, Sabtu (14/11/2015). Penanaman di Desa Jadimulya dihadiri oleh Dirjen Pesisir dan Lautan Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil KKP, Eko Rudiyanto.
DIRJEN Pesisir dan Lautan KKP Eko Rudiyanto menanam pohon mangrove sebanyak 327 pohon mangrove bersama LSM Panglaot Yudha Putra di pantai Desa Jadimulya, Kecamatan Gunungjati, Sabtu (14/11/2015).* Fanny/KC
“Kondisi pantai di tiap daerah berbeda, dan kondisi di Cirebon ini lebih berat penanaman mangrovenya karena suplai air tawar tidak banyak. Jarang sekali ada yang bisa menanam mangrove di pantai terbuka seperti ini, tapi saya yakin LSM Pang Laot Yudha Putra sanggup untuk melakukannya, mengingat jejak rekamnya dalam melakukan penanaman pohon mangrove sudah terbukti,” kata Eko seusai penanaman.
Data yang tercatat di Kementerin Kelautan dan Perikanan (KKP), tambah Eko, panjang garis pantai yang berkurang di pantai Cirebon kini mencapai 250 meter. Dan, KKP menargetkan garis pantai ini bisa maju kembali alias mengalami sedimentasi 250 meter setelah ribuan pohon mangrove ini ditanam.
“Target KKP adalah menghijaukan Pantura. Kalau Pantura sudah hijau maka target selanjutnya kita akan membuat daerah wisata dengan andalan hutan mangrove seperti yang sudah berjalan di Kabupaten Indramayu,” katanya.
Sementara itu, Ketua LSM Pang Laot Yudha Putra, Teuku Fachrudin mengatakan, penanaman mangrove harus disertai dengan alat pemecah ombak. Maka, LSM ini pun membangun alat pemecah ombak sepanjang 2.910 meter yang didirikan di depan ribuan pohon mangrove yang ditanam.
“Jika ditotalkan penanaman sebanyak 327 ribu hektare ini ditanam di atas lahan seluas 16 hektar. Sementara, selama ini tingkat sedimentasi atau perluasan daratan sebagai efek penanaman mangrove di pantai Cirebon telah mencapai 8 hektare, ini berita gembira. Maka saya mengharapkan penanaman pohon mangrove kali ini juga bisa menambah sedimentasi kembali,” ujarnya.
Fachrudin menambahkan, pihaknya akan terus menanam pohon mangrove kembali di tahun depan dan akan difokuskan di pantai Cirebon.
“Saya prihatin dengan tingkat abrasi yang sangat parah ini, makanya kita sedang berlomba dengan kecepatan abrasi. Mudah-mudahan kita dapat menambah daratan lebih banyak lagi,” katanya.(C-16)

Sabtu, 19 September 2015

Hari Jadi ke-45, Martha Tilaar Tanam 10 Ribu Mangrove di Gombong

Arina Yulistara - wolipop

Foto: Arina Yulistara/Wolipop
Jakarta - Brand kecantikan Martha Tilaar kini sudah memasuki usia 45 tahun. Untuk merayakan hari jadinya, Martha Tilaar Group (MTG) tidak hanya membuka beberapa rumah kecantikan baru di kota-kota besar Indonesia tapi juga menggelar kegiatan cinta lingkungan di Gombong, Jawa Tengah.

Pendiri MTG, Martha Tilaar, lahir di Kebumen dan besar di Gombong. Sebagai bentuk rasa peduli wanita 78 tahun itu terhadap tanah kelahirannya, Martha menggelar penanaman 10 ribu pohon mangrove.

Martha mengatakan penanaman mangrove bertujuan menjaga kelestarian alam. "Ini adalah salah satu langkah kecil dengan kerja keras dan komitmen tinggi bisa membawa perubahan besar buat kita semua. Penanaman mangrove ini bertujuan untuk menjaga ekosistem pantai dan alam," tutur Martha saat membuka acara penanaman 10 ribu pohon mangrove di Pantai Ayah, Gombong, Jawa Tengah, Sabtu (19/9/2015).

Salah satu pohon yang ditanam adalah bakau. Martha bersama putrinya Wulan Tilaar terjun langsung dalam proses penanaman pohon di pinggir Pantai Ayah. Penanaman dibantu tim dari Kelompok Peduli Lingkungan Pantai Selatan (KPL Pansela). Pembina sekaligus penggagas KPL Pansela, Sukamsi, mengatakan tanaman bakau berguna untuk mengurangi abrasi, menambah oksigen, meningkatkan daya tarik wisata, dan memperbanyak produksi ikan.

Sukamsi menambahkan, sebenarnya Gombong memiliki banyak pantai selain Ayah seperti Pedalen, Karang Agung dan Menganti. Lalu mengapa penanaman tersebut dilakukan di Pantai Ayah? Dijelaskan Sukamsi, Pantai Ayah menjadi prioritas utama untuk melindungi masyarakat dari gelombang tsunami. Belum ada tanaman penguat sungai yang bisa menghambat gelombang tsunami langsung ke daratan. Oleh sebab itu, penanaman pohon bakau dilakukan di area tempat tinggal penduduk.

Tak hanya di area depan tapi juga kawasan dalam Pantai Ayah. Untuk menanamnya harus menggunakan perahu terlebih dahulu demi menjangkau area yang masih kurang pepohonan. Sukamsi juga menuturkan bahwa di belakang area penanaman pohon mangrove tersebut terdapat beberapa sekolah yang perlu dilindungi bila ada bencana seperti tsunami.

"Pertimbangannya di sini karena belum ada tanaman penguat sungainya, takut ada gelombang tsunami, jadi ini skala prioritas karena di belakang itu ada SLTP dan SLTA. Ingat dulu 2006 tsunami Pangandaran itu di sini tingga sekali. Dengan adanya penanaman ini diharapkan bisa menghambat laju tsunami karena bakau sangat kuat sekali dan belum ada sejarah pohonnya patah," papar Sukamsi.

Penanaman pohon tak hanya dilakukan oleh KPL Pansela dan rombongan Martha Tilaar namun juga bantuan para mahasiswa serta penduduk sekitar. Bahkan anak-anak juga ikut melakukan penanaman demi menumbuhkan rasa cinta lingkungan.

Sukamsi juga menerangkan kalau 10 ribu pohon baru mengisi 1 hektar lahan di area Pantai Ayah. Bibit yang ditanam akan terus tumbuh menjadi besar dalam waktu lama, bisa mencapai delapan tahun. Ketika pohon sudah mencapai empat meter barulah penduduk bisa merasa aman dari ancaman gelombang tsunami.

(aln/hst)

Minggu, 14 Juni 2015

Batam kehilangan 800 hektare hutan mangrove

Pewarta:
Upaya penanaman kembali sudah dilakukan di beberapa daerah untuk memulihkan kawasan hutan mangrove di Batam.(ANTARA FOTO/Aprionis)
Batam (ANTARA News) - Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Batam menyatakan wilayah Batam kehilangan sekitar 800 hektare hutan mangrove sepanjang tahun 2015.

"Sebanyak 620 hektare mangrove hilang di kawasan Tembesi, Sagulung, setelah kawasan tersebut beralih fungsi dan dibangun waduk. Sisanya rusak karena penimbunan untuk kepentingan wisata, penambangan pasir dan penebangan untuk usaha arang," kata Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Batam Dendi Purnomo di Batam, Minggu.

Ia juga mengatakan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan menindak tegas pelaku kegiatan penambangan, pembuatan arang dan usaha lain yang menyebabkan kerusakan hutan bakau.

"Dapur arang dilakukan operasi penindakan dan akan dikenakan UU Kehutanan. Karena kegiatan tersebut sudah sangat merusak," kata dia.

Ia menambahkan bahwa pihak berwajib sudah menetapkan tiga tersangka dalam perkara perusakan hutan mangrove di kawasan Galang Baru, salah satunya warga Tiongkok.

"Selain warga Tiongkok, tersangka lainnya adalah pemilik lahan, pemilik alat berat," katanya.

Sementara mengenai kerusakan hutan bakau akibat kegiatan tambang di Tanjungkelingking, ia menjelaskan, pihak berwajib sudah menetapkan satu tersangka.

Alih fungsi hutan bakau seluas 15 hektare menjadi kawasan wisata di Setoko, ia menjelaskan, juga sudah dihentikan.

"Dari semua kegiatan tersebut, sekitar 800 hektare hutan mangrove yang hilang," katanya.

Dendi mengatakan pada 1970 total luas hutan mangrove mencapai 24 persen dari keseluruhan luas wilayah Batam yang menurut data Badan Pusat Statistik Kepulauan Riau meliputi 1.570 kilometer persegi daratan dan 3.675 kilometer persegi lautan.

Namun hutan bakau yang tersisa saat ini menurut dia tinggal tersisa 4,2 persen dari luas wilayah saja.

Editor: Maryati

Jumat, 31 Oktober 2014

"Tanaman Tuhan" yang selamatkan lingkungan

Petani tambak melakukan pembersihan bibit tanaman mangrove dari sampah di kawasan Wonorejo Rungkut Surabaya(arsip/ANTARA FOTO/Eric Ireng)
Surabaya  (ANTARA News) - "Bakau ini adalah tanaman Gusti Allah."

Kalimat itu dikatakan Djoko Suwondo sambil jemari tangan kirinya merangkul erat empat bibit bakau.

Djoko, Kepala Pengelola Ekowisata Hutan Mangrove, Wonorejo, Surabaya, Jawa Timur,  menjelaskan kepada pengunjung cara menanam tanaman penangkal abrasi itu.

Pengunjung seolah berpadu suara "ooo..." tanda paham atas ucapan Djoko ketika dia menarik umbi bakau.  Terlihat potongan kerucut yang sempurna.

Bentuk dan ukuran kerucut itu sangat presisi dengan "tutup" umbi di atasnya, seperti telah diukir dengan hati-hati.

Kerucut itu lah yang nantinya akan menjadi tunas pohon bakau dan menyatu menjadi rimbunan hutan mangrove.

"Ini yang saya bilang tanaman Gusti Allah, Allah benar-benar menciptakan sempurna, benar-benar pas kalau orang mana bisa ngukir sepas dan serapi ini," tuturnya.

Tunas itu tidak ditancapkan, tetapi justru ia harus diposisikan di atas yang akan tumbuh menjadi batang dan daun.

Lawan dari tunas yang sama-sama lancip itu lah yang ditancapkan ke tanah berlumpur dan akan mengakar hingga kedalaman 200 meter.

Ajak Bertobat
Kepedulian Djoko terhadap bakau dimulai pada 2006 silam ketika ia tidak sengaja menyusuri sungai dan melihat pembalakan besar-besaran.

Bakau diincar para pembalak untuk dibuat arang karena lebih tahan lama dibandingkan kayu-kayu yang lain.

"Keunggulannya ini, api bisa menyala walaupun dalam keadaan basah," ujarnya.

Khawatir akan dampak buruk abrasi yang semakin mengikis daratan, Djoko mulai terjun menanami bakau.

Pria lulusan Teknik Sipil Universitas Atma Jaya itu rela menanggalkan profesinya sebagai kontraktor di salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan mulai menanam pohon yang bernama latin "Rhizopora racemosa" itu.

"Kalau tidak ditanami bakau, abrasi ini sampai Ahmad Yani (pusat Kota Pahlawan), di situ saya terpanggil," ucapnya.

Ia pun mulai mengajak pembalak-pembalak liar untuk "tobat", berbalik arah menanami bakau.

Awalnya memang sulit, karena pembalak pembalak liar itu mendapatkan sedikitnya Rp50.000 per hari dari aksi ilegalnya itu.

Djoko pun mau tidak mau mengimingi penghasilan yang lebih besar dari menanam pohon bakau, tak ayal ia harus merogoh koceknya sendiri karena sebagian besar pembalak di sana termasuk dalam golongan keluarga miskin (gakin).

Lambat laun, pesisir laut yang tergerus abrasi mulai menghijau hingga sepanjang 200 hektare.

Bantuan-bantuan pun mulai mengalir, seperti dari PT Pertamina yang menyumbang 30.000 pohon bakau sejak 2011 serta mendirikan dua gazebo dan satu alat pantau senilai Rp150 juta sebagai tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).

Lahan yang terkikis pun mulai berubah menjadi tempat yang menyenangkan untuk berwisata, mulai dari anak-anak sekolah untuk "study tour" hingga ibu-ibu dharma wanita yang menggelar arisan.

Pejabat-pejabat daerah pun mulai berdatangan mengunjungi Ekowisata Mangrove yang berlokasi di Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Pantai Timur Surabaya itu.

"Tapi jujur, saya kurang begitu senang karena para pejabat itu hanya seremonial saja, nanti tidak akan ke sini lagi untuk memantau, niat saya bukan itu, bukan untuk dilihat," tukasnya.

Gaung keberhasilan Djoko dalam menyelamatkan lingkungan pun sampai ke telinga Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia.

Wakil Dubes Amerika Serikat untuk Indonesia Kristen F Bauer dan VJ Daniel pun sempat bertandang ke ekowisata tersebut.

"Pihak Amerika ingin menyumbang, tapi enggak bisa karena harus melalui pemerintah daerah," ungkap Djoko.

Sejumlah penghargaan pun diraih, seperti Juara II Objek Wisata Terbaik Kategori Kreatif dan Inovatif pada 2012 dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, dan dari salah satu agen pariwisata.

Saat ini 36 karyawannya pun mendapat penghasilan yang lebih baik, sedikitnya Rp75.000 sampai Rp100.000 ditambah dengan uang makan Rp8.000 per hari.

"Dulu yang susah sekali diajak, sekarang malah tidak mau libur," ujarnya, sambil tersenyum.

Lingkungan sekitar juga diberdayakan dengan membentuk Usaha Kecil Menengah (UKM) yang membuat es mangrove, dan menyediakan makanan untuk setiap pengunjung yang ingin makan-makan di gazebo.

Pengunjung dikenakan biaya masuk Rp15.000 untuk anak-anak, dewasa Rp25.000 dan sudah termasuk menanam bakau, sementara bagi yang ingin menyewa perahu dikenakan Rp300.000 yang bisa memuat enam orang.

Sehari-hari, Djoko dan keluarganya hidup dari penghasilan usaha "minimarket" atau toko swalayan.

"Saya tidak merasa bekerja di hutan mangrove ini, seusia saya apalagi yang dikejar, saya hanya mengharapkan ridho Gusti Allah, dan saya yakin bagi siapapun yang menanam bakau, imbalannya itu surga," ujarnya.
Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © ANTARA 2014
Baca Juga :

Senin, 15 September 2014

Menteri Lingkungan Resmikan Pusat Konservasi Mangrove di Cilacap

Arbi Anugrah - detikNews
Cilacap - Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya, bersama Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap meresmikan Pusat Konservasi Mangrove dan Studi Plasma Nutfah Indonesia di Dusun Lempong Pucung, Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung laut, Cilacap, Jawa Tengah. Dalam kegiatan tersebut dilakukan penanaman 100.000 bibit mangrove untuk menuju 1 juta pohon.

"Kita apresiasi kepada pertamina RU IV Cilacap yang berinisiatif melakukan rehabilitasi kondisi mangrove," katanya usai menaman bibit mangrove dan menyerahkan satu kapal patroli mangrove, di laguna Segara Anakan, Cilacap, Senin (15/9/2014).

Menurut dia, menjaga tanaman mangrove sangat penting untuk ekosistem pesisir. Karena pentingnya, dia menyebut untuk tema hari Lingkungan Hidup sedunia tahun ini saja diarahkan untuk kita menyelamatkan pesisir pantai termasuk penyelamatan hutan mangrove. Dengan penyelamatan mangrove secara otomatis kelestarian ekosisitem kita akan tetap terjaga dengan baik, habitat binatang juga akan tetap terjaga.

"Di Indonesia kita tahu negara kepulauan dan hampir 40-50 persen penduduknya ada di tepi pantai. Penyelamatan mangrove ini sangat penting kita lakukan juga untuk kelstarian ekosisitem kita," ujarnya.

Seperti kawasan Segara Anakan yang merupakan ekosistem muara terluas di Pulau Jawa. Keberadaan Pusat Konservasi Mangrove dan Studi Plasma Nutfah Indonesia sangat penting, karena dilokasi ini, jenis spesies mangrove sangat beragam. Dari hasil penelitian yang dilakukan Institut Pertanian Bogor dan Universitas Jenderal. Soedirman Purwokerto, terdapat sekitar 35 jenis spesies mangrove yang terdeteksi, meski baru 26 jenis yang ditemukan.

"Karena kita anggap di sini itu Lab (laboroturium) untuk kepentingan ini (mangrove), manfaatnya ada dua, selain manfaat untk kelestarian lingkungn ekosistem, tapi juga ada manfaat ekonominya, kalau bagus ini bisa menjadi daerah untuk ekowisata di daerah mangrove ini," ungkapnya.

Saat disinggung mengenai kerusakan hutan mangrove di Indonesia, dia mengungkapkan kerusakan terjadi hampir disetiap daerah yang jumlah penduduknya padat dan mesih bergantung pada lingkungan
 "Kerusakan mangrove itu di Indonesia sekitar 30-40 persen, terparah itu di mana ada penduduk terpadat di situ terparah kerusakan lingkungannya," ujarnya.

Sementara menurut General Manager Pertamina RU IV Cilacap, Edy Prabowo mengatakan jika di area konservasi mangruve tersebut selain tugas pertamina di bidang minyak, pihaknya juga ikut serta mengamankan kondisi lingkungan. Sejak 2009 bekerjasama dengan pemda setempat terus melakukan penelitian dan evaluasi dan penanaman mangruve.

"Yang sudah tertananam 900 ribu pohon, hari ini 100 ribu pohon, sehingga nantinya akan tertanam 1 juta pohon," ujarnya.