Jumat, 11 Desember 2015

Abrasi di Pantai Cirebon Mengkhawatirkan

KABAR CIREBON, (KC).-
Abrasi di pantai Cirebon sudah sampai tahap mengkhawatirkan. Dari total pantai Cirebon sepanjang 54 kilometer, abrasi ini mencapai 2 meter/tahun. Jika tidak ada upaya yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi pantai, maka dalam beberapa tahun ke depan akan banyak lahan warga yang terkena abrasi.
Untuk itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan menggandeng LSM yang bergerak di isu-isu lingkungan, Pang Laot Yudha Putra, untuk menanam pohon 327 ribu pohon mangrove di sepanjang pantai di empat desa di Kecamatan Gunung Jati, Sabtu (14/11/2015). Penanaman di Desa Jadimulya dihadiri oleh Dirjen Pesisir dan Lautan Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil KKP, Eko Rudiyanto.
DIRJEN Pesisir dan Lautan KKP Eko Rudiyanto menanam pohon mangrove sebanyak 327 pohon mangrove bersama LSM Panglaot Yudha Putra di pantai Desa Jadimulya, Kecamatan Gunungjati, Sabtu (14/11/2015).* Fanny/KC
“Kondisi pantai di tiap daerah berbeda, dan kondisi di Cirebon ini lebih berat penanaman mangrovenya karena suplai air tawar tidak banyak. Jarang sekali ada yang bisa menanam mangrove di pantai terbuka seperti ini, tapi saya yakin LSM Pang Laot Yudha Putra sanggup untuk melakukannya, mengingat jejak rekamnya dalam melakukan penanaman pohon mangrove sudah terbukti,” kata Eko seusai penanaman.
Data yang tercatat di Kementerin Kelautan dan Perikanan (KKP), tambah Eko, panjang garis pantai yang berkurang di pantai Cirebon kini mencapai 250 meter. Dan, KKP menargetkan garis pantai ini bisa maju kembali alias mengalami sedimentasi 250 meter setelah ribuan pohon mangrove ini ditanam.
“Target KKP adalah menghijaukan Pantura. Kalau Pantura sudah hijau maka target selanjutnya kita akan membuat daerah wisata dengan andalan hutan mangrove seperti yang sudah berjalan di Kabupaten Indramayu,” katanya.
Sementara itu, Ketua LSM Pang Laot Yudha Putra, Teuku Fachrudin mengatakan, penanaman mangrove harus disertai dengan alat pemecah ombak. Maka, LSM ini pun membangun alat pemecah ombak sepanjang 2.910 meter yang didirikan di depan ribuan pohon mangrove yang ditanam.
“Jika ditotalkan penanaman sebanyak 327 ribu hektare ini ditanam di atas lahan seluas 16 hektar. Sementara, selama ini tingkat sedimentasi atau perluasan daratan sebagai efek penanaman mangrove di pantai Cirebon telah mencapai 8 hektare, ini berita gembira. Maka saya mengharapkan penanaman pohon mangrove kali ini juga bisa menambah sedimentasi kembali,” ujarnya.
Fachrudin menambahkan, pihaknya akan terus menanam pohon mangrove kembali di tahun depan dan akan difokuskan di pantai Cirebon.
“Saya prihatin dengan tingkat abrasi yang sangat parah ini, makanya kita sedang berlomba dengan kecepatan abrasi. Mudah-mudahan kita dapat menambah daratan lebih banyak lagi,” katanya.(C-16)

Sabtu, 19 September 2015

Hari Jadi ke-45, Martha Tilaar Tanam 10 Ribu Mangrove di Gombong

Arina Yulistara - wolipop

Foto: Arina Yulistara/Wolipop
Jakarta - Brand kecantikan Martha Tilaar kini sudah memasuki usia 45 tahun. Untuk merayakan hari jadinya, Martha Tilaar Group (MTG) tidak hanya membuka beberapa rumah kecantikan baru di kota-kota besar Indonesia tapi juga menggelar kegiatan cinta lingkungan di Gombong, Jawa Tengah.

Pendiri MTG, Martha Tilaar, lahir di Kebumen dan besar di Gombong. Sebagai bentuk rasa peduli wanita 78 tahun itu terhadap tanah kelahirannya, Martha menggelar penanaman 10 ribu pohon mangrove.

Martha mengatakan penanaman mangrove bertujuan menjaga kelestarian alam. "Ini adalah salah satu langkah kecil dengan kerja keras dan komitmen tinggi bisa membawa perubahan besar buat kita semua. Penanaman mangrove ini bertujuan untuk menjaga ekosistem pantai dan alam," tutur Martha saat membuka acara penanaman 10 ribu pohon mangrove di Pantai Ayah, Gombong, Jawa Tengah, Sabtu (19/9/2015).

Salah satu pohon yang ditanam adalah bakau. Martha bersama putrinya Wulan Tilaar terjun langsung dalam proses penanaman pohon di pinggir Pantai Ayah. Penanaman dibantu tim dari Kelompok Peduli Lingkungan Pantai Selatan (KPL Pansela). Pembina sekaligus penggagas KPL Pansela, Sukamsi, mengatakan tanaman bakau berguna untuk mengurangi abrasi, menambah oksigen, meningkatkan daya tarik wisata, dan memperbanyak produksi ikan.

Sukamsi menambahkan, sebenarnya Gombong memiliki banyak pantai selain Ayah seperti Pedalen, Karang Agung dan Menganti. Lalu mengapa penanaman tersebut dilakukan di Pantai Ayah? Dijelaskan Sukamsi, Pantai Ayah menjadi prioritas utama untuk melindungi masyarakat dari gelombang tsunami. Belum ada tanaman penguat sungai yang bisa menghambat gelombang tsunami langsung ke daratan. Oleh sebab itu, penanaman pohon bakau dilakukan di area tempat tinggal penduduk.

Tak hanya di area depan tapi juga kawasan dalam Pantai Ayah. Untuk menanamnya harus menggunakan perahu terlebih dahulu demi menjangkau area yang masih kurang pepohonan. Sukamsi juga menuturkan bahwa di belakang area penanaman pohon mangrove tersebut terdapat beberapa sekolah yang perlu dilindungi bila ada bencana seperti tsunami.

"Pertimbangannya di sini karena belum ada tanaman penguat sungainya, takut ada gelombang tsunami, jadi ini skala prioritas karena di belakang itu ada SLTP dan SLTA. Ingat dulu 2006 tsunami Pangandaran itu di sini tingga sekali. Dengan adanya penanaman ini diharapkan bisa menghambat laju tsunami karena bakau sangat kuat sekali dan belum ada sejarah pohonnya patah," papar Sukamsi.

Penanaman pohon tak hanya dilakukan oleh KPL Pansela dan rombongan Martha Tilaar namun juga bantuan para mahasiswa serta penduduk sekitar. Bahkan anak-anak juga ikut melakukan penanaman demi menumbuhkan rasa cinta lingkungan.

Sukamsi juga menerangkan kalau 10 ribu pohon baru mengisi 1 hektar lahan di area Pantai Ayah. Bibit yang ditanam akan terus tumbuh menjadi besar dalam waktu lama, bisa mencapai delapan tahun. Ketika pohon sudah mencapai empat meter barulah penduduk bisa merasa aman dari ancaman gelombang tsunami.

(aln/hst)

Minggu, 14 Juni 2015

Batam kehilangan 800 hektare hutan mangrove

Pewarta:
Upaya penanaman kembali sudah dilakukan di beberapa daerah untuk memulihkan kawasan hutan mangrove di Batam.(ANTARA FOTO/Aprionis)
Batam (ANTARA News) - Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Batam menyatakan wilayah Batam kehilangan sekitar 800 hektare hutan mangrove sepanjang tahun 2015.

"Sebanyak 620 hektare mangrove hilang di kawasan Tembesi, Sagulung, setelah kawasan tersebut beralih fungsi dan dibangun waduk. Sisanya rusak karena penimbunan untuk kepentingan wisata, penambangan pasir dan penebangan untuk usaha arang," kata Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Batam Dendi Purnomo di Batam, Minggu.

Ia juga mengatakan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan menindak tegas pelaku kegiatan penambangan, pembuatan arang dan usaha lain yang menyebabkan kerusakan hutan bakau.

"Dapur arang dilakukan operasi penindakan dan akan dikenakan UU Kehutanan. Karena kegiatan tersebut sudah sangat merusak," kata dia.

Ia menambahkan bahwa pihak berwajib sudah menetapkan tiga tersangka dalam perkara perusakan hutan mangrove di kawasan Galang Baru, salah satunya warga Tiongkok.

"Selain warga Tiongkok, tersangka lainnya adalah pemilik lahan, pemilik alat berat," katanya.

Sementara mengenai kerusakan hutan bakau akibat kegiatan tambang di Tanjungkelingking, ia menjelaskan, pihak berwajib sudah menetapkan satu tersangka.

Alih fungsi hutan bakau seluas 15 hektare menjadi kawasan wisata di Setoko, ia menjelaskan, juga sudah dihentikan.

"Dari semua kegiatan tersebut, sekitar 800 hektare hutan mangrove yang hilang," katanya.

Dendi mengatakan pada 1970 total luas hutan mangrove mencapai 24 persen dari keseluruhan luas wilayah Batam yang menurut data Badan Pusat Statistik Kepulauan Riau meliputi 1.570 kilometer persegi daratan dan 3.675 kilometer persegi lautan.

Namun hutan bakau yang tersisa saat ini menurut dia tinggal tersisa 4,2 persen dari luas wilayah saja.

Editor: Maryati